Rabu, 06 April 2016

Lembaran Kenangan




      Awan sendu melintasi angkasa. Sang surya mulai memperlihatkan kesedihannya. Cika melangkah dengan berat hati. Dalam angannya, adik tersayangnya selalu tersenyum walau derita sedang di pikul dalam setiap detik nafas hidup adik Cika. Cika berjalan penuh beban karena ia sudah tak sanggup untuk melihat adiknya terbaring lemah tak berdaya. Namun apa daya yang Cika miliki. Mungkin hanya inilah waktu yang Cika miliki tuk bisa bersama dengan adiknya, Igo.

      Walau tanpa keyakinan, Cika tetap memberanikan diri tuk menemui Igo. Wajah pucat yang bahkan hampir tak bernyawa itu, memandang Cika penuh kesedihan yang disertai dengan jeritan air mata. Tak kuasa Cika tuk menahan air matanya yang tengah menetes meratapi derita  Igo. Badan Igo terpaku lemah dan kejang-kejang setiap saat. Cika melangkah menuju sisi Igo untuk memeluknya. Tiada kata yang terucap selama beberapa menit. Hanya deruan air mata Cika dan Igo yang kan mengutarakan setiap isi hati mereka.


         
      Air mata semakin tak sanggup ditahan ketika mengetahui bahwa lambung Igo mengalami pendarahan dan ususnya pun lengket.  “Semua ini karena lambung dan ususnya tidak menerima makanan yang dapat dicerna.” kata dokter.
      
      “Igo pengen sembuhkan? Igo pengen jalan-jalan dan main sama Cika kan? Kalau Igo mau, cepet sembuh ya, Go. Cepet sembuh demi Cika, mami dan papi. Kita semua sayang sama Igo. Kalau Igo sudah sembuh, Cika janji akan mengajak Igo main-main dan jalan-jalan keliling dunia. Kita akan melakukan segala hal bersama. Cika ga akan pernah ninggalin Igo.” janji Cika sambil menitikkan air mata. Igo hanya menangis tanpa dapat menjawab perkataan Cika. Apa boleh buat, ini karena otak kecil Igo telah dirusak oleh penyakitnya.
      
      “Igo, maafin Cika ya. Tapi Cika harus pulang ke Solo. Nanti kalau Cika denger kabar Igo sudah sembuh, Cika pasti langsung ke Jakarta dan main sama Igo. Igo jangan pernah takut, karna Cika akan selalu berada di hati Igo. Cika pulang dulu ya, Go. Cika sayang sama Igo.” kata Cika tanpa berusaha menghilangkan kesedihan yang tertoreh dalam hatinya.
           
      Sebelum sempat beranjak pergi, Igo menangis dengan sangat kencang tanpa berhenti. Cika semakin tak sanggup untuk meninggalkan Igo dalam keadaan yang mengerikan seperti itu. Namun, ia hanyalah seorang manusia biasa yang tak kan bisa melakukan apapun bahkan saat berada disisi Igo dan ia menyadari hal itu. Dengan berat hati dan penuh penyesalan, Cika melangkah pergi meninggalkan ruangan tempat Igo dirawat.
           
      Dan pada tanggal 28 Februari 2015, Cika mendapat berita duka yang telah ia takutkan selama ini. Igo telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan telah berbahagia di sisiNya. Bagi Cika, kini Igo merupakan kenangan yang paling indah dalam hidupnya walau tak banyak waktu yang ia miliki bersama dengan Igo. Dan ia pun bangga karena ia pernah menjadi bagian dalam hidup Igo yang begitu singkat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar