Awan sendu melintasi angkasa. Sang
surya mulai memperlihatkan kesedihannya. Cika melangkah dengan berat hati. Dalam
angannya, adik tersayangnya selalu tersenyum walau derita sedang di pikul dalam
setiap detik nafas hidup adik Cika. Cika berjalan penuh beban karena ia sudah
tak sanggup untuk melihat adiknya terbaring lemah tak berdaya. Namun apa daya
yang Cika miliki. Mungkin hanya inilah waktu yang Cika miliki tuk bisa bersama
dengan adiknya, Igo.
Walau
tanpa keyakinan, Cika tetap memberanikan diri tuk menemui Igo. Wajah pucat yang
bahkan hampir tak bernyawa itu, memandang Cika penuh kesedihan yang disertai
dengan jeritan air mata. Tak kuasa Cika tuk menahan air matanya yang tengah
menetes meratapi derita Igo. Badan Igo terpaku
lemah dan kejang-kejang setiap saat. Cika melangkah menuju sisi Igo untuk memeluknya.
Tiada kata yang terucap selama beberapa menit. Hanya deruan air mata Cika dan
Igo yang kan mengutarakan setiap isi hati mereka.
Air
mata semakin tak sanggup ditahan ketika mengetahui bahwa lambung Igo mengalami
pendarahan dan ususnya pun lengket. “Semua
ini karena lambung dan ususnya tidak menerima makanan yang dapat dicerna.” kata
dokter.
“Igo
pengen sembuhkan? Igo pengen jalan-jalan dan main sama Cika kan? Kalau Igo mau,
cepet sembuh ya, Go. Cepet sembuh demi Cika, mami dan papi. Kita semua sayang
sama Igo. Kalau Igo sudah sembuh, Cika janji akan mengajak Igo main-main dan
jalan-jalan keliling dunia. Kita akan melakukan segala hal bersama. Cika ga
akan pernah ninggalin Igo.” janji Cika sambil menitikkan air mata. Igo hanya
menangis tanpa dapat menjawab perkataan Cika. Apa boleh buat, ini karena otak
kecil Igo telah dirusak oleh penyakitnya.
“Igo,
maafin Cika ya. Tapi Cika harus pulang ke Solo. Nanti kalau Cika denger kabar
Igo sudah sembuh, Cika pasti langsung ke Jakarta dan main sama Igo. Igo jangan
pernah takut, karna Cika akan selalu berada di hati Igo. Cika pulang dulu ya,
Go. Cika sayang sama Igo.” kata Cika tanpa berusaha menghilangkan kesedihan
yang tertoreh dalam hatinya.
Sebelum
sempat beranjak pergi, Igo menangis dengan sangat kencang tanpa berhenti. Cika
semakin tak sanggup untuk meninggalkan Igo dalam keadaan yang mengerikan
seperti itu. Namun, ia hanyalah seorang manusia biasa yang tak kan bisa
melakukan apapun bahkan saat berada disisi Igo dan ia menyadari hal itu. Dengan
berat hati dan penuh penyesalan, Cika melangkah pergi meninggalkan ruangan
tempat Igo dirawat.
Dan pada
tanggal 28 Februari 2015, Cika mendapat berita duka yang telah ia takutkan
selama ini. Igo telah menyelesaikan tugasnya di dunia ini dan telah berbahagia
di sisiNya. Bagi Cika, kini Igo merupakan kenangan yang paling indah dalam
hidupnya walau tak banyak waktu yang ia miliki bersama dengan Igo. Dan ia pun
bangga karena ia pernah menjadi bagian dalam hidup Igo yang begitu singkat.